Sebagai
normalnya seorang wanita akupun menjalin hubungan dengan seorang laki-laki
sebut saja Mr.O dengan background yang sangat berbeda dengan aku. Dia seorang
keturunan jawa tulen tentu berwajah selayaknya orang jawa, dan seorang muslim.
Entah apa yang membuat aku bisa menjadikannya pilihan. Awal aku kuliah di
Salatiga hubungan kami semakin dekat, bisa dibilang kami lagi PDKT (bahasa gaul
penjajakan) walaupun itu terjadi via telepon, sms, maupun sosial media tapi
terasa begitu interest, karena sebelumnya kita pernah bertemu ketika aku kelas
2 SMA. Sebelumnya aku ceritain awal perkenalanku dengannya, Mr.O merupakan adik
kelas SMA, dan adik angkatan semasa kuliah guru musikku, pak ndut (pangilan
khusus dariku untuk guruku). Aku dan pak ndut sangat dekat karena kita sering
curhat dan sharing soal problematika kehidupan kita, dan aku sudah
menganggapnya sebagai seorang kakak laki-lakiku begitu juga sebaliknya. Ketika
itu Mr.O main ke Blora untuk mengunjungi pak ndut, alhasil aku dikenalin sama
pak ndut, dan kita saling tukeran no HP. Bertahun-tahun kita berkenalan
menceritakan banyak hal dan akhirnya kita memutuskan untuk bersama 3 Mei 2012
meski via telepon tapi hari itu sangat istimewa bagiku. Kemudian tanggal 19 Mei
2012 dia datang ke Salatiga katanya untuk menyatakan cinta secara langsung. Ketika
melihatku untuk kedua kalinya yang terucap darinya adalah “cino-ku”. Dalam
hatiku berkata “katanya mau nyatain cinta secara langsung, kok kata pertama
yang terucap malahan cino-ku”. Ya memang sih wajahku wajah agak oriental
dikitlah, soalnya papaku orang jawa dan mama keturunan cina. Semenjak itu
cino-ku jadi panggilan sayangnya untukku. Berulang-ulang aku protes bahkan
sampai ngambek gara-gara dipanggil cino-ku tetap aja dia panggil aku dengan
panggilan itu. Karena aku lebih nyaman disebut Orang Indonesia daripada
dipanggil orang jawa maupun orang cina, karena rasanya panggilan cino-ku
terlalu sara. Because I Love Indonesia